SOSIAL MEDIA DAN BISNIS
Dheryl Mayllafayzha Chintya Zhein || Bisnis Digital 4/A1 || 23612090008
Evaluasi Media Sosial UMKM: Kunci Menuju Pertumbuhan Bisnis yang Lebih Cerdas
Menurut buku Social Media Marketing for Business oleh Andrew Jenkins, evaluasi adalah bagian yang tidak bisa dilepaskan dari strategi media sosial. Banyak perusahaan atau pelaku UMKM yang rajin memposting, namun tidak tahu:
Apakah kontennya berhasil menjangkau target audiens?
Apakah kampanye promosinya menghasilkan konversi?
Apakah brand mereka diingat dengan cara yang diinginkan?
Tanpa evaluasi, media sosial hanya menjadi aktivitas yang menyenangkan tapi tidak terukur.
Simon Mitchell dalam bukunya Posts to Profits juga mengkritik kebiasaan bisnis kecil yang fokus pada "upload tiap hari" tapi tidak melakukan pengukuran apapun. Baginya, konten adalah investasi, dan setiap investasi harus dievaluasi agar tahu hasilnya.
Evaluasi Bukan Tentang Banyaknya Followers
Salah satu kesalahan umum adalah menganggap jumlah followers atau likes sebagai indikator utama keberhasilan. Padahal, seperti yang dijelaskan oleh Jenkins, vanity metrics tidak selalu mencerminkan hasil nyata.
Contoh:
Akun dengan 10.000 followers bisa saja hanya mendapatkan 200 likes.
Postingan dengan 500 komentar belum tentu menghasilkan satu penjualan.
Banyak reach tanpa engagement artinya konten tidak relevan.
Artinya, angka besar belum tentu berarti hasil besar. Yang penting adalah engagement yang bermakna dan aksi nyata dari audiens.
Langkah-Langkah Evaluasi Media Sosial UMKM
Untuk memastikan media sosial tidak hanya aktif tetapi juga efektif, UMKM perlu melakukan evaluasi dengan langkah-langkah berikut:
1. Menentukan Tujuan dan Indikator Keberhasilan
Langkah pertama adalah menetapkan tujuan yang jelas dari aktivitas media sosial. Tujuan ini bisa berupa meningkatkan kesadaran merek (brand awareness), mengumpulkan prospek (leads), meningkatkan penjualan, atau sekadar meningkatkan trafik ke website atau marketplace. Dari tujuan tersebut, barulah ditetapkan indikator keberhasilan (KPI) yang relevan. Misalnya, untuk tujuan brand awareness, indikatornya bisa berupa jumlah orang yang melihat konten (reach), tayangan ulang (impression), dan pertumbuhan pengikut dari waktu ke waktu. Jika tujuannya adalah penjualan, maka indikatornya bisa berupa klik tautan, pesan masuk (DM), atau jumlah transaksi dari promo yang diposting.
2. Menggunakan Tools Analitik
Setelah menetapkan tujuan dan indikator keberhasilan, langkah selanjutnya adalah menggunakan alat bantu (tools) untuk mengukur performa konten. UMKM bisa memanfaatkan fitur gratis seperti Instagram Insights untuk melihat statistik postingan, Facebook Page Analytics untuk halaman Facebook, serta Google Analytics untuk menilai efektivitas tautan dari media sosial ke situs web atau toko online. Jika menggunakan tautan pendek seperti Bit.ly, pelaku UMKM juga bisa melacak jumlah klik yang terjadi dari setiap postingan promosi. Tools ini membantu pelaku usaha mengambil keputusan berbasis data, bukan sekadar feeling.
3. Melakukan Audit Konten
Simon Mitchell menyarankan agar pelaku usaha melakukan audit konten secara berkala. Audit ini melibatkan peninjauan konten yang telah diposting sebelumnya, mencatat jenis konten yang paling banyak mendapatkan interaksi, mencermati waktu dan gaya penyampaian yang digunakan, serta mengidentifikasi pola yang berhasil. Misalnya, apakah konten edukatif lebih disukai daripada konten promosi langsung? Apakah video pendek menghasilkan lebih banyak komentar daripada gambar statis? Atau, apakah postingan di malam hari cenderung lebih ramai dibandingkan pagi hari? Dengan melakukan audit, UMKM bisa menentukan konten mana yang layak dipertahankan dan mana yang sebaiknya dihentikan.
4. Menerapkan A/B Testing
Langkah evaluasi berikutnya yang juga sangat bermanfaat adalah melakukan uji coba dua versi konten atau A/B Testing. Misalnya, mencoba dua judul berbeda untuk postingan yang sama, dua gambar dengan desain berbeda, atau dua gaya caption—yang satu bersifat emosional dan yang lain informatif. Dari hasilnya, pelaku usaha dapat melihat versi mana yang memberikan engagement lebih tinggi atau menghasilkan klik terbanyak. Dengan strategi ini, keputusan pengembangan konten tidak lagi berdasarkan dugaan, melainkan berdasarkan hasil nyata di lapangan.
5. Meninjau dan Menyesuaikan Strategi
Setelah data terkumpul dan pola terlihat jelas, kini saatnya mengambil tindakan. Evaluasi bukan hanya tentang mengamati, tetapi juga menyusun langkah perbaikan. Jika konten edukatif terbukti mendapatkan respons lebih besar, maka konten jenis tersebut bisa diperbanyak. Jika engagement rendah saat konten diposting di siang hari, cobalah pindahkan waktu posting ke sore atau malam hari. Jika promosi terlalu sering dan justru membuat pengikut menurun, selingi dengan konten interaktif atau hiburan yang ringan. Prinsip utama dari evaluasi adalah berani menyesuaikan dan terus memperbaiki strategi.
Kapan Waktu yang Tepat untuk Evaluasi?
Evaluasi bisa dilakukan dalam tiga skala waktu: harian, mingguan, dan bulanan. Evaluasi harian digunakan untuk melihat performa unggahan terbaru serta merespons komentar atau pesan dari audiens. Evaluasi mingguan cocok untuk melihat tren engagement, pertumbuhan pengikut, dan performa kampanye mingguan. Sementara evaluasi bulanan diperlukan untuk meninjau strategi secara menyeluruh dan menyusun rencana konten yang lebih strategis untuk bulan berikutnya. Dengan frekuensi evaluasi yang terjadwal, UMKM dapat lebih cepat beradaptasi terhadap perubahan tren dan menjaga konsistensi kualitas kontennya.
Sumber:
1. Post to Profit (https://drive.google.com/drive/u/0/mobile/folders/12NahHnvsooOgIU8ca8I62mvm-0NY2YHw)
2. Social media marketing (https://drive.google.com/drive/u/0/mobile/folders/1h9M-Fcnnx3MBR-poSgzrmOb6C3UKIU3R)
Komentar
Posting Komentar